Hai Fellas Wayangers, salam cinta untuk budaya Nusantara!
Tulisan kali ini akan membahas mengenai salah satu tokoh yang terdapat di kisah Ramayana, yaitu Bharata. Siapakah Bharata? Nah, sebelum berkenalan lebih dekat dengan Bharata, alangkah baiknya jika Kita mengulang sedikit tentang Wayang itu sendiri.
Siapa sih yang nggak pernah dengar Wayang? Salah satu yang kita ketahui, wayang yang sangat identik dengan kebudayaan Jawa Kuno. Sebenarnya apakah Wayang itu? Wayang adalah salah satu kebudayaan Nusantara yang berbentuk pertunjukan bayangan boneka diiringi dengan musik gamelan. Tidak hanya berkembang pesat di Jawa dan Bali, namun wayang juga berkembang di Sumatra dan Semenanjung Malaya yang terpengaruh oleh kebudayaan Hindu.
Kita harus bangga dengan kebudayaan ini, sebab pada tanggal 7 November 2003, budaya Wayang Indonesia menjadi salah satu Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh UNESCO PBB. Sementara sejarah pasti masuknya Wayang di Indonesia masih belum diketahui hingga sekarang. Namun dalam Prasasti Balitung (Mantyasih) yang berangka 907 M pada masa Kerajaan Mataram Kuno (Medang) pemerintahan Dinasti Sanjaya, ditemukan kata “...galigi mawayang...” yang menurut para ahli berarti sudah ada pertunjukan Wayang pada masa itu.
Kebudayaan Wayang pun diserap oleh berbagai keyakinan agama untuk menyebarkan ajarannya di Tanah Nusantara ini. Contohmya adalah ayang Kulit yang digunakan oleh para Sunan pada masa kerajaan untuk melakukan penyebaran agama Islam di jawa. Selain itu, ada juga Wayang Wahyu bersumber dari Alkitab Katolik, diprakarsai oleh Pastor Timotheus L. Wignyosubroto pada 1960.
|
Pertunjukan Wayang |
Nah, teman-teman sudah cukup paham kan tentang apa itu Wayang? Saatnya Saya menceritakan mengenai salah satu tokoh, Bharata. Di India, terdapat suatu sejarah yang cukup membingungkan. Berdasarkan sumber yang saya dapatkan, nama Bharata muncul baik di kitab Ramayana & Mahabharata serta kitab Wisnupurana. Pada kesempatan kali ini Saya akan bercerita mengenai kehidupan Bharata dari kitab Ramayana.
*
BIODATA BHARATA versi kitab RAMAYANA
Nama : Bharata Wangsa
Dinasti : Suryawangsa
Daerah kekuasaan : Ayodhya dan Takshshila
Ayah : Dasarata (Raja Ayodhya)
Ibu : Kekayi
Istri : Mandawi
Anak : Taksa dan Puskala
BIODATA BHARATA versi kitab WISNUPURANA
Nama : Bharata (dengan nama kecil, Sarwadamana)
Wangsa/Dinasti : Wangsa Chandra
Daerah kekuasaan : Bharatawarsha (Asia Selatan)
Ayah : Duswanta (Raja Kuru)
Ibu : Sakuntala
Istri : Sunandadewi
Anak : Bhumanyu dan Bharadwaja (anak angkat dari Dewa Marudgana)
KELUARGA DAN MASA KECIL
Ayah dari Bharata yang bernama Dasarata, merupakan Raja dari kerajaan Ayodhya. Dasarata memiliki 3 istri, yaitu Dewi Kosalya memiliki putera bernama Rama; Dewi Sumitra memiliki putera kembar bernama Laksmana dan Satrugna; Dewi Kekayi memiliki putera bernama Bharata.
Keempat saudara tersebut saling menyayangi satu sama lain, dimana mereka dididik oleh Resi Wasista. Wasista sendiri merupakan salah satu penulis kitab Weda, serta merupakan leluhur dari Maharesi Wiyasa yang kelak akan menulis kitab Mahabharata. Dalam kitab Ramayana juga menyebutkan bahwa Bharata cenderung dekat dengan Satruga, sementara Rama dekat dengan Laksmana.
MASA PEMBUANGAN RAMA
Inilah susahnya memiliki banyak istri, pasti akan ada kecenderungan untuk saling menjatuhkan. Atas hasutan dari seorang pelayan nan licik, Dewi Kakayi memaksa Dasarata untuk menjadikan puteranya, yaitu Bharata, sebagai penerus takta kerajaan. Walaupun secara adat, Rama sebagai putera dari istri pertama, yang berhak meneruskan takta. Bahkan Dewi Kakayi pun mampu mempengaruhi Dasarata untuk mengusir Rama ke hutan untuk menjalani pengasingan selama 14 tahun, ditemani oleh istri tercinta yaitu Dewi Sinta serta adik yang setia yaitu Laksmana.
Kelakuan tersebut belum diketahui oleh Bharata, yang pada saat itu masih beada di kerjaan pamannya, kerajaan Kakaya yang jauh dari Ayodhya. Atas desakan para menteri Ayodhya yang resah akan kejangalan yang terjadi, serta telah wafatnya Dasarata, maka Bharata pun kembali ke Ayodhya. Namun setibanya di Ayodhya, Bharata mendapati Rama, Dewi Sinta, dan Laksmana sudah meninggalkan kerajaan untuk menjalani pengasingan selama 14 tahun. Karena kejanggalan yang terjadi berada di luar nalar Bharata, atas desakannya, Dewi Kakayi menceritakan semua yang terjadi. Bharata pun murka, dan tidak bersedia menduduki tahta yang seharusnya milik Rama.
Bharata menyusul Rama menuju hutan tempat pengasingan dan menginginkan Rama kembali dan menjadi Raja Ayodhya. Namun Rama menolak, dan berjanji bahwa Rama akan kembali dan menjadi Raja Ayodhya setelah “janji pria sejati” yaitu masa pengasingan selama 14 tahun berakhir. Rama sangat menghormati perintah Ayahandanya, Dasarata. Bharata ditugaskan oleh Rama untuk kembali, dan bersedia memerintah Ayodhya untuk sementara dengan bijaksana. Atas dasar perintah Rama, Bharata dengan hormat bersedia memerintah Ayodhya, dan sandal dari Rama menjadi lambang bahwa Bharata memerintah Ayodhya atas nama Rama.
MASA PEMERINTAHAN BHARATA DI AYODHYA DAN TAKSHSHILA
Selama 14 tahun Bharata memerintah Ayodhya dengan bijaksana. Ayodhya dibawa menjadi kerajaan yang makmur dan sejahtera. Selama pemerintahan itu pula Bharata masih tidak bisa memaafkan tindakan kejam Ibunya, Dewi Kekayi. Walau demikian, namanya juga Ibu sendiri, Bharata tetap memberikan kasih sayang kepada Dewi Kekayi. Namun kepada Dewi Kosalya dan Dewi Sumitra, Bharata lebih menaruh perhatian kepada mereka. Hal ini ditujukan untuk mengurangi kesedihan mereka karena Rama dan Laksmana yang sedang menjalani masa pengasingan di hutan selama 14 tahun.
Sementara dalam rangka memperluas wilayah kekuasaan, Bharata berhasil menaklukkan suku Gandharwa (raksasa) dan mendirikan kerajaan baru dengan nama Takshshila. Konon ibukota Uzbekistan, Tashkent, merupakan wilayah dari Takshshila. Takshshila sendiri meliputi wilayah Pakistan, Afganistan, dan sebagian Asia Tengah.
AKHIR RIWAYAT
Kembalinya Rama dari masa pengasingan, Bharata diangkat menjadi Yuwaraja (Raja Muda / Calon Raja penerus). Pada awalnya, Laksmana lah yang ditunjuk sebagai Yuwaraja karena kesetiannya menemani Rama selama pengasingan. Namun Laksmana menolak dan menunjuk Bharata karena kebajikannya yang sangat luar biasa tinggi serta memakmurkan Ayodhya.
Setelah pemerintahan yang gilang gemilang, Rama memutuskan untuk berhenti memerintah Ayodhya dan memutuskan untuk bertapa. Bharata dan Satrugna pun mengikuti jejak Rama. Pada saat Rama berata di tengah sungai Serayu, Rama berubah wujud menjadi Mahawisnu. Sementara tubuh Bharata dan Satrugna bersatu dengan tubuh Mahawisnu. Yak begitulah kisah singkat Bharata pada kitab Ramayana. Nilai-nilai budi luhur Bharata sangat pantas untuk dicontoh oleh Kita, khususnya Bharata yang tidak haus akan kekuasaan karena cinta kasihnya kepada Rama.
Salam,
Baharudin Taufiq Rizkytata