Pertemuan Perdana: Museum Wayang

Berdirinya "Komunitas Wayang Kunta Wijaya" diawali dengan berkumpulnya kami yang memiliki ketertarikan yang sama terhadap kebudayaan wayang  di sebuah grup messenger. Melalui wadah virtual tersebut, kami berbagi cerita dan pengetahuan dengan membahas sedikit hal mengenai kisah pewayangan. Tidak puas berdiskusi melalui grup virtual, kami pun merencanakan pertemuan perdana. 

Pada tanggal 21 September 2013 kemarin, pertemuan perdana kami dilakukan di Museum Wayang, Kota Tua. Tanggal tersebut sekaligus kami tetapkan sebagai hari lahirnya komunitas wayang kami. Sayangnya, tidak semua anggota kami dapat hadir.Acara ini diikuti oleh enam orang anggota komunitas kami yang tidak semuanya pernah bertemu dan saling mengenal sebelumnya. Meskipun belum banyak yang bisa hadir dalam pertemuan perdana kami, namun acara kumpul santai tersebut berjalan dengan seru.

Setelah saling berkenalan, kami melanjutkan kegiatan acara dengan berkeliling Museum Wayang yang didirikan pada tahun 1640 dengan nama asli De Oude Hollandsche Kerk (Gereka Lama Belanda). Setelah mengalami perombakan beberapa kali, bangunan tersebut akhirnya diresmikan sebagai museum pada 13 Agustus 1975 oleh Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Bang Ali Sadikin. Berbagai macam wayang nusantara dan mancanegara dipamerkan di museum ini. Banyak dari wayang-wayang tersebut dipamerkan berdasarkan lakon yang ada dalam kisah pewayangan ataupun yang biasa disampaikan oleh para dalang saat pertunjukkan wayang. 


Di dalam museum, kami menelusuri setiap ruangan dan mendapati begitu banyak variasi dari wayang yang tidak kami kenal, sekaligus saling berbagi cerita mengenai kisah wayang-wayang yang dipamerkan tersebut. Kami juga sempat berdiskusi dengan seorang pegawai museum wayang perihal kisah wayang dari India dan perbedaannya dengan kisah wayang dari india. Tidak hanya itu, kami juga mendapati wayang yang berasal dari luar negeri, seperti wayang Cina, Malaysia, bahkan dari Italia. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik dari museum ini, karena seperti memberikan komparasi terhadap wayang kita dan perbedaan budaya yang ada membuat bentuk wayang di berbagai Negara berbeda satu sama lainnya.

Setelah puas keliling museum, kami pun singgah di sebuah tempat makan di daerah Taman Fatahillah untuk makan siang. Sembari menikmati makanan, kami juga berdiskusi mengenai bagaimana cara menyebarkan kisah-kisah pewayangan kepada masyarakat, khususnya anak muda agar lebih menarik dan mudah diterima. Berbagai ide muncul, seperti membuat permainan kartu yang bertemakan wayang, membuat dongeng bertemakan wayang untuk anak-anak, menulis di blog, hingga merencanakan kunjungan-kunjungan ke pementasan wayang. 

Terakhir, tidak lupa kami juga bertukar pikiran mengenai nama untuk komunitas tercinta kami ini, hingga ditetapkanlah nama "Komunitas Wayang Kunta Wijaya". Nama komunitas ini diambil dari nama pusaka yang diceritakan dalam kisah Mahabharata, yang dimiliki oleh Adipati Karna. Pusaka yang tidak dapat dipungkiri kehebatannya, hingga siapapun yang terkena pusaka itu akan mati seketika. Dalam perang Bharatayudha dikisahkan Gatotkhaca gugur oleh pusaka Kunta Wijaya yang dilepaskan oleh Adipati Karna. 

Kami sedang berusaha agar komunitas ini semakin hidup. Semoga apa yang ingin kami capai melalui Komunitas Wayang Kunta Wijaya kedepannya dapat terwujud melalui berbagai kegiatan, seperti gathering, diskusi, tulisan, dan lainnya. Oleh karena itu, untuk kamu yang tertarik dengan wayang dan ingin membantu menyebarkannya, jangan ragu untuk ikutan komunitas kami, ya. Salam! :)


-Triawan Susetyo - 

No comments:

Post a Comment